Senin, 21 Maret 2022

Prosesi Pernikahan Adat Bugis

Banyak ritual yang dilewati memiliki makna mendalam
doc.pribadi pernikahan INANG & AFRIZAL 
Senin, 21 Maret 2022

Masyarakat yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis Makassar sangat melestarikan budaya asli mereka. Apalagi saat melangsungkan pernikahan atau perkawinan. Banyak ritual-ritual sakral yang dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Bugis. Selain memiliki makna yang mendalam, rangkaian ritual ini bertujuan agar perkawinan berjalan dengan lancar dan mendapat restu dari Tuhan. Beginilah rangkaian prosesi pernikahan suku Bugis.

1. Mammanu'-manu'

Prosesi ini dilakukan sebelum upacara pernikahan. Calon mempelai laki-laki akan mendatangi orangtua mempelai perempuan dan meminta izin untuk mempersunting gadis pujaannya. Momen ini juga dimanfaatkan untuk membahas besaran nilai uang panai dan mahar, jika memang keluarga mempelai perempuan menerima pinangan sang laki-laki

2. Mappetuada

Setelah tahap mammanu'-manu' selesai, prosesi pernikahan adat Bugis selanjutnya adalah tahap mappetuada. Acara mappetuada ini bertujuan untuk mengumumkan apa yang telah disepakati sebelumnya mengenai tanggal pernikahan, mahar dan lain-lain. Biasanya di mappetuada, pinangan diresmikan dengan diberikan hantaran berupa perhiasan kepada pihak perempuan.

3. Mappasau Botting & Cemme Passih

Setelah menyebarkan undangan pernikahan, mappasau botting, yang berarti merawat pengantin, adalah ritual awal dalam upacara pernikahan. Acara ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut sebelum hari H. Selama tiga hari tersebut pengantin menjalani perawatan tradisional seperti mandi uap dan menggunakan bedak hitam dari campuran beras ketan, asam Jawa dan jeruk nipis. Cemme passih sendiri merupakan mandi tolak balak yang dilakukan untuk meminta perlindungan Tuhan dari bahaya. Upacara ini umumnya dilakukan pada pagi hari, sehari sebelum hari H.

4. Mappanre Temme

Karena mayoritas suku Bugis memeluk agama Islam, pada sore hari sehari sebelum hari pernikahan, diadakan acara mappanre temme atau khatam al-Quran dan pembacaan barzanji yang dipimpin oleh seorang imam.

5. Mappacci / Tudammpenni

Mapacci adalah proses memberikan daun pacar ke calon mempelai sebagai bentuk doa restu. Biasanya jumlah orang yang diundang untuk memberikan daun pacar tersebut tergantung status sosial calon mempelai.

Orang-orang yang dipanggil untuk mengikuti Mappaci biasanya merupakan pasangan yang pernikahannya bahagia dan kedudukan sosialnya baik. Semua itu dimaksudkan agar calon mempelai kelak bisa mengikuti jejak pasangan tersebut. Perlengkapan Mapacci berupa sarung tujuh susun sesuai derajat keningratan, daun pisang, daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, dan jagung kering.

6. Mappenre Botting 

Mappenre botting berarti mengantar mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan. Mempelai laki-laki diantar oleh iring-iringan tanpa kehadiran orangtuanya. Iring-iringan tersebut biasanya terdiri dari indo botting (inang pengantin) dan passepi (pendamping mempelai).

7. Madduppa Botting

Setelah mappenre botting, dilakukan madduppa botting atau penyambutan kedatangan mempelai laki-laki. Penyambutan ini biasanya dilakukan oleh dua orang penyambut (satu remaja perempuan dan satu remaja laki-laki), dua orang pakkusu-kusu (perempuan yang sudah menikah), dua orang pallipa sabbe (orangtua laki-laki dan perempuan setengah baya sebagai wakil orangtua mempelai perempuan) dan seorang perempuan penebar wenno

8. Mappasikarawa / Mappasiluka

Setelah akad nikah, mempelai laki-laki dituntun menuju kamar mempelai perempuan untuk melakukan sentuhan pertama. Bagi suku Bugis, sentuhan pertama mempelai laki-laki memegang peran penting dalam keberhasilan kehidupan rumah tangga pengantin.

9. Marola / Mapparola

Pada tahapan ini, mempelai perempuan melakukan kunjungan balasan ke rumah mempelai lelaki. Bersama dengan iring-iringannya, pengantin perempuan membawa sarung tenun sebagai hadiah pernikahan untuk keluarga suami.

10. Mallukka Botting

Dalam prosesi ini, kedua pengantin menanggalkan busana pengantin mereka. Setelah itu pengantin laki-laki umumnya mengenakan celana panjang hitam, kemeja panjang putih dan kopiah, sementara pengantin perempuan menggunakan rok atau celana panjang, kebaya dan kerudung. Kemudian pengantin laki-laki dililitkan tubuhnya dengan tujuh lembar kain sutera yang kemudian dilepas satu persatu.

11. Ziarah

Sehari setelah hari pernikahan berlangsung, kedua pengantin, bersama dengan keluarga pengantin perempuan melakukan ziarah ke makam leluhur. Ziarah ini merupakan bentuk penghormatan dan syukur atas pernikahan yang telah berlangsung lancar.

12. Massita Beseng

Sebagai penutup rangkaian acara pernikahan, kedua keluarga pengantin bertemu di rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun tali silaturahmi antara kedua keluarga.

Demikianlah prosesi pernikahan adat Bugis yang bisa diketahui. Banyak dari masyarakat kadang lebih memilih pernikahan modern daripada tradisional karena dianggap lebih sederhana. Namun nggak ada salahnya juga ketika kamu mengikuti prosesi secara tradisional. Selain melestarikan budaya pernikahan juga akan lebih berwarna.


Sumber : https://www.google.com/amp/s/www.popbela.com/relationship/married/amp/hyrasti-kayana/prosesi-pernikahan-adat-bugis